Atambua – Pemerintah Kabupaten Belu menggelar pertemuan Desiminasi Hasil Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Respon (AMP-SR) di Aula Susteran SSPs Atambua, Jumat (15/12/2023).
Kegiatan Desiminasi AMP-SR ini dibuka oleh Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens didampingi oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Belu, drg. Ansilla F. Eka Mutty dan dihadiri oleh Pimpinan OPD, Kepala Puskesmas, Camat, Lurah dan Kepala Desa, Pimpinan Klinik Swasta, dan Tim Pengkaji Maternal Perinatal.
Wabup Belu dalam sambutannya menjelaskan bahwa Audit Maternal Perinatal (AMP) merupakan serangkaian kegiatan penelusuran penyebab kesakitan dan kematian ibu dan anak. Adapun tujuan dilaksanakan AMP antara lain menentukan sebab dan faktor terkait dalam kesakitan dan kematian ibu dan perinatal, sekaligus menentukan jenis intervensi dan pembinaan yang diperlukan.
“Kita berharap dengan dilaksanakannya kegiatan ini, penyebab kematian dan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kasus ini dapat diidentifikasi dan dikaji secara subjektif dan komprehensif, dan hasilnya dapat dijadikan bahan evaluasi sehingga dapat disusun rekomendasi dan rencana aksi yang terukur dan mampu dilaksanakan serta dapat memberikan kontribusi yang positif sehingga pada gilirannya dapat menekan dan menurunkan angka kematian ibu dan bayi,” jelasnya.
Disampaikan pula, AMP-SR merupakan kegiatan menganalisis secara mendalam untuk mencari akar permasalahan dan rekomendasi atau solusi baik jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang dapat dilakukan untuk mengurangi AKI dan AKB.
“Kegiatan AMP-SR telah banyak mendorong perubahan kebijakan-kebijakan lokal serta perbaikan kualitas pelayanan kesehatan maternal perinatal, bahkan dalam situasi keterbatasan sekalipun. Namun pada saat AMP-SR hanya mencakup penyebab kematian maternal langsung, kematian-kematian ibu yang tidak langsung kemungkinan besar tidak teridentifikasi dan tidak terlaporkan sehingga data rutin yang ada cenderung underreporting,” ungkapnya.
Oleh karena itu untuk meminimalisir under-reporting data kematian maternal dan perinatal, Kementerian Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat telah menyusun suatu Pedoman Audit Kematian Maternal Perinatal Surveilans dan Respons yang mengadaptasi panduan untuk surveilans dan audit kematian perinatal dari WHO (Making Every Baby Count) yang disesuaikan dengan kondisi serta kebijakan Negara Indonesia.
“Selain itu, pedoman ini juga merupakan gabungan dari pedoman Audit Maternal Perinatal (AMP) sebagai bagian dari Surveilans kematian Ibu dan Perinatal/Neonatal dan Respon Maternal Perinatal Death Surveilans dan Respons,” terang Wabup Aloysius.
Disampaikan pula, berbagai program telah dilaksanakan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu dan bayi namun sejauh ini belum ada perubahan yang bermakna. Sehingga diperlukan analisis komprehensif untuk mengidentifikasi penyebab masih tingginya angka kematian ibu dan bayi.
“Terdapat 6 kasus kematian ibu dan 46 kasus kematian bayi yang terjadi di Kabupaten Belu sepanjang bulan Januari – November 2023. Salah satu metode yang digunakan untuk melakukan analisis komprehensif adalah melaksanakan Audit Maternal Perinatal Surveilans dan Response,” tandas Wabup Belu.
Melalui pelaksanaan AMP-SR diharapkan kualitas pengumpulan informasi terkait kematian menjadi lebih baik dalam mengidentifikasi penyebab kematian dan faktor-faktor yang berkaitan dengan kematian melalui pengkajian yang berkualitas, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang terukur dan mampu dilaksanakan serta diikuti dengan komitmen tindak lanjut atas rekomendasi yang dihasilkan.
“Kegiatan pertemuan hari ini adalah kelanjutan dari kegiatan kemarin, di mana tim pangkaji maternal dan prinatal telah melakukan audit atau bedah kasus terhadap kasus kematian ibu dan bayi yang terjadi sepanjang tahun 2023 ini. Atas dasar hasil kajian Tim Audit Maternal Prinatal tersebut kemudian telah dirumuskan beberapa rekomendasi yang penting untuk ditindaklanjuti tidak hanya oleh sektor kesehatan tetapi juga oleh lintas sektor karena persoalan kesehatan tidak akan dapat diselesaikan hanya oleh sektor kesehatan,” imbuh Wabup Aloysius.
Wabup Belu dalam kesempatan itu mengajak agar seluruh elemen masyarakat bisa berpartisipasi aktif sesuai dengan tugas dan fungsi dalam upaya menurunkan angka kematian ibu, bayi dan balita di Kabupaten Belu demi tercapainya masyarakat Belu Sehat, Berkarakter dan Kompetitif.
“Dirinya berharap agar pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan masyarakat sendiri merespon hasil desiminasi saat ini, agar secara bersama-sama dapat menekan angka kematian ibu dan bayi,” tutup Wabup Belu. (Prokopimbelu).