Atambua – Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus sampaikan pentingnya kolaborasi stakeholder dalam mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak di Kabupaten Belu. Kolaborasi tersebut melibatkan Pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan tokoh masyarakat yang peduli pada penanggulangan atau pencegahan HIV

Hal itu dikemukakannya dalam Lokakarya Analisa Situasi Pelaksanaan Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) yang berlangsung di Aula Hotel Nusantara 2 Atambua, Selasa (12/09/2023).

“Perlu kepedulian dan Kerjasama semua lembaga dalam menanggulangi HIV dari Ibu ke Anak. Melalui lokakarya ini diharapkan dapat meningkatkan kompetensi kita dalam mengendalikan penularan penyakit ini,” ujar Bupati Belu.

Bupati Agus Taolin mengatakan, untuk memaksimalkan pencegahan HIV, pelibatan dan pemberdayaan masyarakat sangat dibutuhkan, melalui pendekatan pentahelix atau triple heliks.

“Kita punya tujuan yang sama
untuk mengendalikan penyakit penularan ini dan tidak mungkin kerja sendiri-sendiri,” katanya.

Oleh karena itu, sinergitas dari berbagai komponen masyarakat yang hadir pada hari ini dapat membangun sinergitas dalam melakukan berbagai pencegahan penularan HIV, baik secara vertikal (dari ibu ke anak) atau secara horisontal (dari orang ke orang).

“Data menunjukkan bahwa risiko penularan HIV/AIDS dari ibu hamil yang positif kemungkinan sekitar 2-10 persen. Penularan dapat terjadi sejak masa awal kehamilan, persalinan hingga menyusui. Kebanyakan anak di bawah usia 10 tahun yang tertular HIV dari ibunya, terjadi sejak dalam kandungan. Data-data seperti ini, tentunya harus diketahui sehingga dapat ditangan secara baik,” jelas Dokter Agus Taolin.

Sebagai kegiatan yang komprehensif, Bupati Belu menegaskan agar Pencegahan Penularan dari Ibu ke Anak (PPIA) harus dimulaidari pelayanan, pencegahan, terapi, dan perawatan, untuk ibu hamil dan bayinya, selama masa kehamilan, persalinan, dan sesudahnya.

“Saya minta agar dalam upaya pencegahan penularan HIV, tetap memperhatikan empat tindakan yang dianjurkan oleh WHO dan Kita semua hadir disini untuk membantu masyarakat kecil,” tandasnya.

Sementara Health Specialist Unicef NTT-NTB, dr. Vama Chrisnadarmani Taolin, MPH mengatakan bahwa kehadiran Unicef adalah untuk mensuport kegiatan kesehatan seperti HIV, Kesehatan Lingkungan, Gizi, Imunisasi dan Malaria, dengan menggandeng WHO, Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota.

“Banyak dinamika yang kita hadapi ditengah masyarakat, bukan saja HIV tetapi ada banyak hal yang kita hadapi soal masalah kesehatan, sehingga kita perlu berkolaborasi,” ucap Dokter Vama.

Dia menjelaskan, wilayah perbatasan sangat rawan, mengingat lalulintas manusia yang sangat tinggi dari dua negara (Indonesia-Timor Leste, Red). Baik Unicef maupun WHO selalu mendukung Pemerintah Republik Indonesia khususnya di wilayah perbatasan seperti Kabupaten Belu, TTU dan Malaka, termasuk
membantu menyelesaikan isu-isu kesehatan seperti HIV-AIDS, Malaria dan lain-lain.

“Kami melihat Pemerintah Kabupaten Belu sangat mendukung, karena sesuai dengan visi Belu Sehat, Berkarakter dan Kompetitif, yang tujuannya agar kita sehat. Jadi sehat itu bukan saja urusannya di bidang kesehatan, mungkin secara indikator di dinas kesehatan tetapi upayanya dari seluruh elemen masyarakat Belu,” imbuh Dokter Vama.

Sebelumnya dilaporkan bahwa, World Health organization (WHO) menganjurkan empat tindakan untuk mencegah terjadinya Penularan HIV dari Ibu ke Anak ada 4 hal yang perlu di perhatikan dalam pencegahan yakni; (1) Penguatan pencegahan primer HIV untuk memastikan bahwa perempuan usia reproduksi dan pasangannya terhindar dari infeksi HIV; (2). Menyediakan kontrasepsi dan Konseling agar dapat mencapai sasaran/cakupan keluarga berencana di kalangan ODHA perempuan; (3). Menyediakan tes HIV, konseling dan obat antiretroviral pada waktu yang tepat untuk ibu hamil HIV untuk mencegah penularan kepada anak-anak mereka, dan (4). Memastikan bahwa perawatan pengobatan dan dukungan bagi perenpuan dengan HIV, anak dan keluarganya telah di berikan dengan benar dan tepat waktu dalam rangka mencegah anak-anak tertular infeksi HIV .

Sesuai Laporan Data P2 Dinkes Dukcapil Provinsi NTT bahwa ODHA on ART tahun 2020 sejumlah 2629 orang dan mengalami peningkatan pada tahun 2021 menjadi 3026 orang (bertambah 397 orang), sedangkan case fertility rate (CFR) mengalami penurunan yakni tahun 2020 sejumlah 45 orang (1,7 % ) menjadi 16 orang (0,6 %) pada tahun 2021. Selain itu sebanyak 67% ODHA HIV banyak di temukan pada usia produktif yakni 25-49 tahun dan 56% berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan ibu hamil yang tes HIV di Kabupaten Belu tahun 2021 sejumlah 184 orang (0,1%) dari total 3016 sasaran ibu hamil. (Prokopimbelu).