Tasifeto Timur – Pemerintah Kabupaten Belu bergerak bersama sejumlah komunitas diwilayah perbatasan RI-RDTL, Kabupaten Belu untuk mengakhiri AIDS 2030. Gerakan itu dilaksanakan saat merayakan Hari AIDS Sedunia yang digelar di PLBN Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Sabtu (9/12/2023).
Sesuai dengan tema Hari AIDS Sedunia tahun ini yakni ‘Bergerak Bersama Komunitas Akhiri AIDS 2030’, pada pertemuan ini dihadirkan berbagai pemangku kepentingan dan oraganisasi untuk mendukung tujuan menghentikan penularan AIDS.
Kegiatan yang mengusung tema “Bergerak Bersama Komunitas : Akhiri AIDS 2030” dihadiri Wakil Bupati Belu, Kades Silawan, PNPP Mota’ain, Agen Konsulat Timor Leste Atambua dan Pengelola Perbatasan Batugede Timor Leste, Camat Tasifeto Timur, Dinas Kesehatan dan BP4D Kabupaten Belu.
Hadir pula Kepala Puskesmas Silawan dan Atapupu, TNI dan Kepolisian di perbatasan, OKP (Pemuda Katolik, PMKRI, GAMKI), PKK Desa Silawan, dan sekitarnya, Tokoh masyarakat dan agama Desa Silawan, Warga Peduli AIDS (WPA) dan Kelompok Dukungan Sebaya (KDS) Moris Foun Belu dan CD Bethesda Yakkum.
Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens mengatakan Pemerintah Kabupaten Belu terus berupaya menekan penyebaran dan penularan HIV/AIDS serta menanggulanginya.
Strateginya antara lain dengan melakukan pelacakan cepat, agar penyintas HIV/AIDS terlacak dan segera diobati permanen. Pemkab juga menargetkan tidak ada lagi kasus HIV/AIDS baru di tahun 2030.
“Pemerintah Kabupaten Belu melalui Dinas Kesehatan sangat konsen terhadap penanggulangan Human Immunodeficiency Virus dan Acquired Immunodeficiency Syndrome atau HIV/AIDS. Salah satunya mendukung langkah pemerintah pusat mewujudkan Three Zero HIV/AIDS pada 2030.
Three HIV/AIDS meliputi Zero New HIV Infection atau nol kemunculan kasus baru, Zero AIDS Related Death atau nol kasus kematian akibat virus tersebut. Serta Zero Discrimination atau nol tindakan diskriminasi terhadap penderita HIV/AIDS,” jelas Wabup Aloysius Haleserens
Lanjut Wabup Belu untuk mewujudkan hal itu, pihaknya senantiasa melakukan berbagai upaya bersama perangkat daerah dan lembaga kemasyarakatan yang konsen pada masalah HIV/AIDS. Antara lain memperbanyak pemeriksaan ke populasi kunci.
“Mari kita bangun kerjasama, singkronisasi, komunikasi dan kolaborasi untuk cegah AIDS bertambah. Harapan kita ODHIV dapat membuka diri sehingga mereka diberikan pembekalan, pemberdayaan sesuai dengan potensi yang mereka miliki dalam rangka meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri,” ujar Wabup Belu.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Belu menggambarkan bahwa, sejak 2013 sampai September 2021, komulatif ada 777 kasus HIV dan AIDS. Rinciannya, 360 kasus HIV, 417 kasus AIDS dan 87 meninggal. Distribusi kasus HIV dan AIDS berdasarkan golongan umur pada periode yang sama menunjukkan usia produktif 25-49 tahun menempati urutan pertama dengan 582 kasus.
Berdasarkan jenis pekerjaan, kasus tertinggi Ibu Rumah Tangga (296). Kemudian berturut-turut pekerja swasta (122), petani (99), ojek (39), TKI (36), Sopir (31), PNS-TNI-Polri (31), belum bekerja (31), guru (22), mahasiswa (16), tukang (12) ,WPS (12), dst. Kasus tersebut, jumlahnya mengalami peningkatan pada tahun berikutnya. Sampai November 2022, menjadi 835 kasus HIV dan AIDS.
Rinciannya HIV 381 kasus, AIDS 454 kasus, meninggal 316 kasus. Ada peningkatan 58 kasus HIV dan AIDS dalam rentang waktu September 2021-November 2022. Tahun 2023 menjadi 882 kasus HIV dan AIDS. Ada penambahan 47 kasus dengan rincian 16 kasus HIV, 31 kasus AIDS. Sedangkan jumlah layanan Perawatan Dukungan dan Pengobatan (PDP) yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Belu adalah sebanyak 8 layanan. (Prokopimbelu).