Atambua – Wakil Bupati Belu Dr. Aloysius Haleserens mengapresiasi pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Presiden Joko Widodo. Menurutnya, dari pembangunan gedung PLBN, jalan sabuk merah, bendungan, semuanya terbangun dengan baik. Bahkan, infrastruktur yang dibangun oleh Presiden Jokowi mengelilingi Kabupaten Belu hingga menyambung ke Kabupaten Malaka.
Hal itu disampaikannya saat kunjungan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia (RI), Komisaris Jenderal (Komjen) Polisi Dr. Marthinus Hukom, S.I.K dan Penasehat BNN RI, Komisaris Jendral (Purn) Drs. Gregorius Mere bersama jajaran BNN RI di Atambua, Minggu (28/04/2024).
Masifnya pembangunan infrastruktur di era Jokowi menurut Wabup Aloysius mampu membawa banyak dampak positif. Salah satunya adalah kemajuan ekonomi masyarakat.
“Dulu jalan ke bagian utara Belu butuh waktu 2,5 jam. Saat ini hanya ditempuh dalam waktu 45 menit. Hal itu karena ada Jalan Strategis Nasional atau Jalan Sabuk Merah yang dikenal masyarakat dengan nama Jalan Jokowi,” ucap Wabup Belu.
Wabup Belu berharap, Kepala BNN RI bersama rombongan dapat menikmati kenyamanan di wilayah perbatasan RI-RDTL, mengingat kondisi infrastruktur jalan di wilayah ini sudah membaik sejak kepemimpinan Presiden Jokowi.
“Motaain kini menjadi daerah destinasi wisata di pintu perbatasan RI-RDTL. Dahulu orang Belu pergi berfoto-foto di PLBN Timor Leste, tetapi kini sebaliknya setelah Presiden Jokowi berkunjung ke Belu pada tahun 2014, tiga tahun kemudian seluruh infrastruktur disini dibangun hingga selesai. Perhatian Bapak Presiden Jokowi sangat luar biasa untuk daerah ini,” ujar Wabup Belu.
Sebelumnya, Wakil Bupati Aloysius Haleserens menyampaikan ucapan selamat datang kepada Kepala BNN RI bersama rombongan ke Kota Atambua Kabupaten Belu Provinsi NTT.
Wabup juga menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Belu dengan jumlah penduduk sebesar 228.937 jiwa yang tersebar di 12 Kecamatan, 69 Desa, 12 kelurahan dan 18 desa pemekaran.
Lanjutnya, rata-rata masyarakat Kabupaten Belu bermata pencaharian bertani, dan dengan situasi dan kondisi topografi yang seperti ini, masyarakat hanya bisa bertani maksimal satu kali dalam setahun, kecuali pada wilayah-wilayah tertentu.
“Panjang garis batas sepanjang daerah perbatasan kurang lebih 149 km. Pintu batas sementara ini sudah bagus, itu ada di Motaain dan Turiskain, kendati masih ada jalan tradisional, yang dikenal dengan sebutan jalan tikus. Hal-hal yang berkaitan dengan situasi kamtibmas, masih aman, nyaman dan terkendali. Kemarin kita baru selesai pemilu, dan masyarakat mengikutinya seluruh rangkaian tahapan pemilu dengan penuh semangat kekeluargaan dan berjalan dengan tertib,” jelas Wabup Aloysius. (Prokopimbelu).