Atambua – Pemerintah Kabupaten Belu kembali melanjutkan Program Rembuk Stunting guna mewujudkan Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting Terintegrasi. Rembuk Stunting kali ini merupakan Aksi ke-3 yang dilaksanakan di Aula Susteran SSPS Atambua, Jumat (12/05/2023).
Mengawali acara, Kepala BP4D Kabupaten Belu, Rine Bere Baria, ST melaporkan rangkaian kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan pelaksanaan aksi 3 rembuk stunting ini.
“Untuk sempurnanya pelaksanaan aksi 3 rembuk stunting ini, akan dilakukan pembahasan terhadap hasil pelaksanaan rencana aksi daerah Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting Terintegrasi Kabupaten Belu, yaitu hasil aksi 1 (satu) analisis situasi dan aksi 2 (dua) penyusunan rencana program/kegiatan, sehingga hasil dari pembahasan tersebut akan menciptakan keputusan bersama yang akan dituangkan dalam berita acara kegiatan,” jelas Rine Baria.
Lebih lanjut, Rine Baria menjelaskan kegiatan yang dilaksanakan hari ini diarahkan dan difokuskan untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah dalam rangka mewujudkan misi Bupati Belu, yaitu “meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
“Khusus bidang Kesehatan, tujuan akhirnya adalah meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dengan menciptakan masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing. Sebagai bentuk dukungan Aksi ini perlu dilaksanakan deklarasi komitmen bersama tentang pentingnya peran lintas sektor antar pemangku kepentingan, untuk melakukan koordinasi, singkronisasi dan sinergitas pelaksanaan kegiatan,” jelas dia
Seluruh perangkat daerah perlu melakukan pengintegrasian rencana kegiatan percepatan pencegahan dan penurunan stunting terintegrasi ke dalam rencana kerja masing-masing.
“Demikian pula kepada pemerintah dan lembaga non pemerintah maupun swasta untuk mendukung upaya kegiatan ini disesuaikan dengan tupoksinya masing-masing,” tukas Rine Baria.
Percepatan Pencegahan dan penurunan angka stunting ini, telah menjadi prioritas pembangunan di Kabupaten Belu, melalui peningkatan daya saing sumber daya manusia dan derajat kesehatan masyarakat dengan upaya-upaya yang telah dilakukan, antara lain adalah peningkatan intervensi spesifik serta perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara terintegrasi dan peningkatan intervensi yang bersifat life saving termasuk pemenuhan kebutuhan pangan.
“Selain itu, penguatan advokasi, komunikasi sosial dan perilaku hidup sehat terutama dalam mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan; peningkatan surveillance atau pengawasan gizi; peningkatan komitmen dan pendampingan dalam intervensi perbaikan gizi; dan respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat,” papar Kepala BP4D.
Upaya-upaya tersebut, menurut Rine Baria telah termuat dalam 8 (delapan) rencana aksi daerah penurunan stunting terintegrasi, yang menjadi instrumen kegiatan dalam pelaksanaan integrasi dan intervensi gizi untuk pencegahan dan penurunan stunting.
“Namun tentu saja upaya-upaya tersebut juga membutuhkan perubahan pendekatan pelaksanaan program dan perilaku lintas sektor agar program dan kegiatan intervensi gizi dapat direalisasikan bagi keluarga sasaran khususnya rumah tangga pada 1000 hari pertama kehidupan. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen untuk melakukan perbaikan yang mendasar dalam pelayanan kepada masyarakat,” tukas dia.
Kegiatan dihadiri oleh Bupati Belu, Wakil Bupati Belu, Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas DP2KB, Bapelitbangda Provinsi NTT, Forkopimda Belu, Pimpinan OPD, Anggota Tim Penggerak PKK, para Camat, Lurah, Kepala Desa, dan Kepala Puskesmas se Kabupaten Belu. (Prokopimbelu).