Atambua – Yayasan Plan International Indonesia (YPII) NTT mengapresiasi komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu dalam menyukseskan Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) terkait Kesetaraan Gender dan Inklusi Sosial (GESI) di wilayah Kabupaten Belu.
Apresiasi YPII ditindaklanjuti dalam Kunjungan dan Tatap Muka bersama Bupati Belu dan Jajaran di Kantor Bupati Belu, Kamis (09/03/2023). Pimpinan YPII hadir bersama Pengurus Kumpesa Rai Belu dan Pijar Timor sebagai Mitra Kerja Plan internasional.
Bupati Belu, dr. Taolin Agustinus mengatakan, Pemerintah Kabupaten Belu sangat tertarik, karena kegiatan STBM GESI ini sangat mendukung program kesehatan, khususnya dalam merubah perilaku masyarakat di bidang kesehatan.
“Dengan menerapkan STBM GESI, diharapkan adanya peningkatan pembangunan akses sanitasi yang dapat menjamin akses dan partisipasi semua kelompok, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas guna menjamin hak asasi universal akses,” katanya.
Lanjut Bupati Belu, pelaksanaan STBM GESI melibatkan Organisasi Kaum Disabilitas (Kumpesa Rai Belu) melalui Program Wusan (Wira Usaha Sanitasi).
“Program ini diharapkan mampu menyiapkan sarana sanitasi yang murah dan memenuhi syarat kesehatan dan dapat digunakan oleh semua orang, baik yang disabilitas maupun yang normal,” ungkap Bupati Belu.
Bupati Belu juga menjelaskan, penyelesaian persoalan stunting didaerah ini belum optimal dari aspek intervensi sensitif dan spesifik ditengah-tengah masyarakat.
“Untuk menyelesaikan masalah stunting semua perangkat daerah dan masyarakat harus terlibat aktif dalam intervensi baik spesifik mulai dari 1000 HPK (1000 hari pertama kehidupan/sejak kehamilan sampai anak usia 2 tahun,” jelasnya
Di samping itu banyak faktor lain yang mempengaruhi seperti ketahanan pangan dalam keluarga, asupan gizi yang belum seimbang, pola asuh yang kurang baik, dan perilaku hidup bersih dan sehat yang belum maksimal serta ketersediaan sumber air minum yang terbatas.
“Program STBM GESI ikut mendorong dan membantu memberdayakan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat, yang pada akhirnya mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Belu. Hal ini terbukti dengan menurunnya Prevalensi Stunting di Kabupaten Belu dari 21,2 pada tahun 2020 menjadi 13,7% ditahun 2022,” papar Bupati
Di sampaikannya juga bahwa, Pembangunan sanitasi harus mengedepankan partisipasi seluruh lapisan masyarakat, karena berkaitan erat dengan perubahan perilaku yang hygienis dan saniter, termasuk didalamnya kelompok disabilitas.
“Pentingnya pelibatan kelompok disabilitas dalam pembangunan sanitasi baik dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dimaksudkn agar kelompok disabilitas juga dapat ikut menikmati seluruh hasil pembangunan sanitasi yang dilaksanakan di masyarakat,” pungkasnya. (Prokopimbelu).