ATAMBUA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Belu menggelar Musawarah Daerah (Musda) ke VIII, di Gedung Wanita Betelalenok Atambua, Sabtu (11/02/2023). Pelaksanaan Musda ditandai, dengan pemukulan gong oleh Wakil Bupati Belu, Dr. Drs. Aloysius Haleserens, MM dan disaksikan oleh seluruh unsur Forkopimda Belu.
Musda yang mengusung tema “Sinergitas Ulama dan Pemerintah Menyukseskan Pembangunan di Rai Belu tercinta ini dihadiri oleh, Kaban Kesbangpol Kabupaten Belu dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Belu.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Belu, Dr. Aloysius Haleserens mengharapkan agar Musda VIII dapat menghasilkan ide atau gagasan yang baik, untuk bersinergi mendukung program-program pemerintah kedepan.
“Mudah-mudahan keseluruhan proses musyawarah daerah ini menghasilkan ide atau gagasan yang produktif dalam rangka membangun sinergitas Majelis Ulama Indonesia dengan Pemerintah Kabupaten Belu untuk menyukseskan program kegiatan pemerintah yakni menuju masyarakat Belu yang sehat berkarakter dan kompetitif,” imbuh Wabup.
Disampaikan pula, kita patut bersyukur kepada Tuhan, karena hingga saat ini kita masih diberi kesempatan untuk bertemu dan berkolaborasi membangun wilayah tercinta ini.
“Pada kesempatan ini juga saya mengajak seluruh stakeholder, baik tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh adat di daerah ini untuk turut menjaga stabilitas keamanan di Kabupaten Belu, agar tercipta suasana yang aman, nyaman dan damai dalam suasana cinta kasih,” katanya.
Wabup menambah, sebentar lagi kita akan melaksanakan dua even keagamaan, yakni bulan puasa ramadhan dan puasa bagi saudara-saudari kita umat kristiani.
“Kiranya kita semua membawa kedamaian, kemaslahatan bagi seluruh masyarakat di Kabupaten Belu,” tukasnya.
Sekretaris MUI Provinsi NTT, H. Drs. Anwar Huzein menjelaskan, salah satu fungsi penting Majelis Ulama adalah tempat berkumpulnya para ulama, para cendekiawan, untuk merumuskan dan bersama-sama memikirkan langkah-langkah bagaimana mewujudkan seluruh program kerja.
“MUI adalah rumah besar umat Islam, yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan umat juga menjaga toleransi antar umat beragama. MUI juga sebagai wadah musyawarah para ulama memutuskan berbagai persoalan umat, agar umat hidup rukun dan damai, sebagai wadah konsultasi dan solutif dan memperkuat peranan dan fungsi dalam kehidupan beragama,” ungkapnya.
Lanjut Anzwar Husein, Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.
“MUI bekerja sama dengan pemerintah untuk mencegah dan mewaspadai adanya kelompok intoleran yang akan merusak persaudaraan yang sudah terjalin dengan baik. Menyongsong tahun gejolak politik, MUI hadir untuk menjaga keutuhan umat beragama, meningkatkan peran dalam lembaga masyarakat, serta bekerja sama dengan pemerintah untuk mendukung program kerja pemerintah,” pungkasnya. (prokopimbelu).