Tasifeto Timur – Sejak diterima secara resmi oleh Sekda Belu Johanes Andes Prihatin, SE., M.Si di Kantor Bupati Belu, pada Senin 20 Mei 2024, kemarin. Tim Peneliti Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) langsung terjun ke masyarakat.

Entitas pertama yang ditemui Tim Peneliti adalah Bapak Dominggus, seorang petani sukses di Kecamatan Tasifeto Timur. Hal itu disampaikan Sekretaris Tim Peneliti IPDN, Sudarmono, S.STP., M.Si., Ph.D, Rabu (22/05/2025) kepada prokopimbelukab.go.id.

Dijelaskan Sudamono, dalam observasi lapangan, Tim Peneliti IPDN mendapati figur Bapak Dominggus yang sukses menyekolahkan putra-putrinya hingga selesai sarjana.

Namun, hal yang membanggakan adalah justeru Pak Dominggus meyakinkan anak-anaknya untuk kembali ke kampung menjadi petani. Kesuksesan mereka di kisahkan di sela-sela keluarga ini memanen hasil kebun mereka.

“Sarjana tidak harus selalu di kota. Tanah leluhur kita menanti untuk dibangun,” ucap Dominggus kepada Sekretaris Tim Peneliti,  Sudarmono, S.STP., M.Si., Ph.D.

Dengan binar mata yang optimis. tutur Sudarmono bahwa, Bapak Dominggus ingin menunjukkan bahwa petani juga bisa sukses. Tentunya, petani bisa terlepas dari jerat kemiskinan,”

Cerita sukses berikutnya dikisahkan oleh seorang karyawan di kawasan Perbatasan PLBN Motaain, Ibu Dian yang menggeluti usaha jasa perdagangan ekspor.

Diceritatkan Sudarmono, melihat kedudukan strategis Kabupaten Belu yang berbatasan langsung dengan Timor Leste akan menjadi peluang ekonomi yang sangat prospektif kedepannya.

“Setelah peristiwa Pandemi Covid-19, aktifitas pelintasan batas terus bergerak secara dinamis. Volume ekspor yang berbasis hasil pertanian menjadi komoditi utama. Tentu saja, petani-petani di Kabupaten Belu dapat menjadikan Timor Leste sebagai pasar yang terus bergeliat,” ujarnya.

Optimisme serupa juga diutarakan oleh seorang tokoh masyakarat Lamaknen asal Desa Duarato, Gregorius Maubere.

Maubere lebih banyak melihat kondisi sosial budaya yang sangat kohesif antara warga Kabupaten Belu dan sebagian warga Timor Leste di perbatasan.

Ia juga melihat bahwa asal usul budaya yang sama merupakan faktor pendorong yang signifikan dalam aktifitas pelintasan batas. Hanya saja, tantangannya ada pada upaya pembatasan jenis-jenis barang yang mungkin dianggap ilegal.

“Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini masih sering didapati aktifitas serupa, meskipun Pemerintah Kabupaten Belu berhasil mereduksi jumlah peredaran barang ilegal di tengah-tengah masyarakat,” katanya.

Peneliti IPDN menyimpulkan bahwa salah satu sektor yang dapat di angkat secara optimal adalah sektor pariwisata, khususnya wisata alam dan wisata perbatasan.

“Kondisi alam Kabupaten Belu yang sangat bervariasi menjadi daya tarik utama yang dapat dikelola. Oleh karena itu, promosi pariwisata perlu mendapat perhatian lebih pada tahun-tahun mendatang,” tandas Sudarmono. (Prokopimbelu).