Tasifeto Timur – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menggelar Simulasi Penanggulangan Kejadian Penyakit Berpotensi Wabah di PLBN Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Rabu (15/05/2024).
Kegiatan simulasi ini dihadiri Bupati Belu dr. Taolin Agustinus, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, dr. Imran Pambudi, MPHM, Drh. Pebi Purwo Suseno dari Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH), Perwakilan dari Lakespra, dr. Saryanto Mabesau dan Pimpinan Forkopimda Belu.
Simulasi dengan Tema “Penanganan kejadian penyakit kolera lintas batas negara ini melibatkan kurang lebih 150 orang peserta yang terdiri dari personel TNI-Polri, staf BNPP PLBN Motaain, unsur CIQS PLBN Motaain.
Disampaikan Bupati Belu, simulasi ini merupakan bentuk uji Rencana Kontinjensi yang telah dipersiapkan. Tepat dan efektifnya suatu Rencana Kontijensi Kedaruratan Kesehatan hanya dapat diketahui dengan menerapkannya dalam kejadian sebenarnya atau dengan mengujinya dalam table top exercise maupun simulasi.
“Rencana Kontijensi hanya dapat diterapkan dengan baik, bila seluruh jajaran terkait dan segenap lapisan masyarakat, termasuk kalangan swasta serta pelaku usaha turut berperan serta dan bekerjasama dengan baik,” ucap Bupati Belu.
Peran pemerintah daerah juga sangat penting karena prosedur yang dilakukan sesudah pelaksanaan karantina pintu masuk adalah karantina wilayah. Begitu pasien dirujuk ke rumah sakit atau puskesmas maka kewenangan ada di pemerintah daerah. Hal ini untuk memastikan proses evakuasi berjalan dengan lancar.
Simulasi ini merupakan salah satu penguatan surveilans yang dilakukan di pintu masuk Negara. Potensi terjadinya wabah penyakit tidak bisa dihindari, semakin terbukanya transportasi dan perubahan lingkungan sangat memungkinkan terjadinya mutasi virus yang menimbulkan berbagai penyakit. Namun dengan kesiapsiagaan, semua itu dapat diatasi dengan baik.
“Semoga dengan adanya simulasi ini, Kabupaten Belu dapat lebih siap dalam menghadapi ancaman yang terjadi, yang tentu saja ancaman ini tidak kita harapkan akan terjadi namun jika terjadi kita telah siap dalam mengantisipasinya,” ujar Bupati Belu.
Pada kesempatan itu juga, orang nomor satu Belu ini menyoroti kolera sebagai salah satu penyakit yang masuk kriteria penyakit karantina, atau penyakit yang mewabah.
“Walaupun saat ini di Kabupaten Belu dan di Indonesia tidak terdapat kasus penyakit kolera, namun kewaspadaan dan kesiapan semua pihak sangat penting dalam menanggulangi penyakit kolera, terutama di pintu masuk atau PLBN antar negara seperti di Motaain,” ujarnya.
Selain Covid-19 yang menjadi wabah pada tahun 2019, dan selama 5 tahun terakhir ini di Kabupaten Belu, tidak terjadi kejadian luar biasa yang berpotensi wabah.
“Hal ini disebabkan oleh adanya Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) yang cepat dan tanggap, dari tingkat puskesmas hingga tingkat pusat. Namun, keberadaan Kabupaten Belu di wilayah perbatasan antara negara perlu diwaspadai karena memiliki risiko yang cukup tinggi,” jelas Bupati Belu.
Bupati Belu juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kementerian Kesehatan RI atas pelaksanaan kegiatan Simulasi Penanggulangan Penyakit Berpotensi Wabah di Kabupaten Belu.
Menurut Bupati, semoga kegiatan simulasi ini dipahami oleh para pemangku kepentingan sesuai tugas dan tanggung jawabnya, sehingga masalah kedaruratan penyakit potensi wabah di Kabupaten Belu dapat ditanggulangi.
“Kegiatan simulasi ini diharapkan dapat memberikan keyakinan kepada masyarakat dan wisatawan yang akan berkunjung ke Belu bahwa Kabupaten ini aman dan nyaman untuk dikunjungi,” tutup Bupati Belu. (Prokopimbelu).